Friday, May 13, 2005

Meskipun Minim Biaya, Kontes Robot Makin Diminati

Jakarta - Kompas Online

Dibandingkan kontes robot yang digelar tahun lalu, jumlah peserta Kontes Robot Indonesia (KRI) dan Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) 2005 meningkat lebih dari 30 persen.

Menurut Dr. Rinaldy Dalimi, Dekan Fakultas Teknik Universitas indonesia yang juga ketua kegiatan tersebut, jumlah proposal yang masuk tahun ini sebanyak 300 proposal, 168 untuk KRI dan 152 untuk KRCI. Sementara, tahun lalu proposal yang masuk sebanyak 200 terdiri atas 98 proposal untuk KRI dan 112 untuk KRCI.

Dari jumlah tersebut sebanyak 32 tim peserta KRI dan 30 robot cerdas berhak mengikuti kontes robot tingkat nasional KRI dan KRCI 2005. Meskipun peserta masih didominasi perguruan tinggi dari Jawa, sebanyak 8 tim berasal dari perguruan tinggi di luar Jawa. Selain itu, kontes robot kali ini juga dibuka untuk umum khususnya KRCI. Dua dari 30 peserta KRCI yang lolos seleksi merupakan wakil perusahaan. Untuk KRI hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang mewakili perguruan tinggi.

Tema KRI tahun ini adalah "Menggapai Puncak Borobudur, Nyalakan Api Perdamaian." Tema ini disesuaikan dengan tema ABU Robocon 2005 yaitu "Climp on the Great Wall Light the Holy Fire."

Sesuai dengan temanya peserta kontes harus dapat mendesain dua jenis robot, satu jenis robot manual dan beberapa robot otomatis. Robot tersebut harus dapat memasukkan beberapa bola ke dalam keranjang sesuai warna yang ditetapkan dalam tiga menit.

Sementara untuk robot-robot KRCI peserta cukup mendesain satu robot otomatis yang mampu mencari sumber api, dari lilin yang diletakkan pada salah satu ruangan dalam labirin. Robot yang mampu memadamkan api secepat mungkin tanpa menyentuh atau menabrak dinding dinyatakan sebagai pemenang. Untuk kategori ekspert, yang juga dibuka untuk umum, lebih komplek lagi karena ada dua lilin di dua lantai yang berbeda.

"Untuk memenangkan kontes robot diperlukan strategi sehingga proses pembuatan robot akan mengasah kreatifitas para mahasiswa dan kerjasama berbagai disiplin ilmu," kata Dr. Wahidin Wahab, salah satu tim juri dari Universitas Indonesia.

Minim Biaya

Hampir seluruh pembiayaan kontes robot ditanggung oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan pelaksanaannya dilakukan oleh Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Meskipun sudah diselenggarakan untuk yang ketujuh kali, kontes robot belum banyak diminati sponsor. Dari total keseluruhan biaya, hanya 10 persen yang diperoleh dari sponsor. Panitia sendiri mengaku belum mampu memberikan hadiah yang sepadan dengan usaha dan kerja keras peserta dalam mendesain robot.

Panitia baru bisa menyediakan bantuan dana bagi peserta yang lolos, sebesar 4 juta untuk KRI, 2 juta untuk KRCI, serta biaya transportasi, akomodasi, dan konsumsi selama pelaksanaan lomba. Pemenang setiap kategori mendapat piala tetap dan bergilir. Sedangkan, pemenang KRI akan mewakili Indonesia dalam kontes robot tingkat internasional se Asia Pacifik, ABU Robocon 2005 di Beijing, China tanggal 27 Agustus 2005.

"Meskipun tidak menyediakan hadiah uang yang besar, jumlah peserta dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat mahasiswa Indonesia untuk mendalami robot sangat besar, " kata Wahidin.

"Bahkan ada 10 peserta yang dengan sukarela membiayai sendiri segala keperluan untuk mengikuti seleksi nasional nanti," lanjutnya. Hal ini menunjukkan mahasiswa Indonesia memiliki minat yang sangat tinggi untuk menguasai ilmu pembuatan robot. Bahkan menurut pengalamannya mengajar, beberapa mahasiswa sengaja memilih beberapa kuliah yang menunjang cara-cara pembuatan robot. Selain itu, beberapa mahasiswa juga membuat robot sebagai tugas akhir.

Padahal menurut Satrio Soemantri Brodjonegoro, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, kontes robot adalah upaya untuk memacu peningkatan kualitas SDM mahasiswa Indonesia. Sehingga hasil-hasil pembuatan robot kelak dapat diterapkan di bidang industri atau membantu aktivitas sehari-hari.

Prestasi robot mahasiswa Indonesia juga tidak kalah bagus dengan negara lain. Robot B-Cak buatan mahasiswa Politeknik ITS bahkan menang dalam kontes robot tingkat internasional tahun 2001, tahun 1990 robot mahasiswa Indonesia memperoleh penghargaan "The Best Idea" dan pada tahun 1995 masuk babak final dengan penghargaan "The Best Performance."

Mungkinkah menarik banyak pihak untuk berpartisipasi dalam ajang KRI dan KRCI 2005 ? Datang dan saksikan kemampuan robot-robot buatan Indonesia, 14-15 Mei 2005 di Balairung Universitas Indonesia, Depok. (Wah)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home