Saturday, September 13, 2008

Tim Jump-be PENS Gagal Raih Juara I di Abu Robocon 2008

01 September 2008, 18:12:04, Laporan Iping Supingah, Suara Surabaya

suarasurabaya.net| Setelah melalui perjuangan cukup pajang akhirnya Tim Robot Jump-be dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) hanya mampu bertahan di semifinal. Tim Jump-Be harus puas sebagai 2nd Runner Up bersama dengan Tim dari Toyohashi Jepang.

Kekecewaan mendalam terungkap dari pembimbing dan anggota tim robot Jump-be yang kali ini hanya mampu memperoleh penghargaan juara tiga (2nd Runner Up) dan penghargaan untuk desain terbaik.

Diwawancarai di tempat berbeda, Dr It TITON DUTONO, M.Eng, Direktur PENS, menyatakan hal serupa, namun beliau memilih menanggapi hal ini dengan bijak dan menyerahkan segalanya kepada Yang Kuasa (Tuhan, red).“Saya yakin mereka (tim robot, red) telah berusaha cukup keras hingga mampu bertahan di babak semifinal, namun jika pada saat itu mereka belum beruntung berarti memang keputusan ada di tangan Tuhan,” kata beliau.

Di pertandingan awal tim Jump-Be sempat mengungguli tim Korea dengan skor 34 – 7, sementara di pertandingan kedua melawan Srilanka tim Jump-Be menang (48- (-3)) dengan mulus melalui GOVINDA (Keadaan white butter dan yellow butter terangkat sempurna) dengan waktu tercepat, yaitu 26 detik (lebih cepat 2 detik dari waktu GOVINDA tim robot China). Tim lainnya yang berhasil mencapai GOVINDA adalah Mongolia sewaktu lawan Fiji dan China melawan Bangladesh. Sejak ini tim dari Indonesia mulai disoroti oleh tim-tim robot dari Negara lain. Sebagai juara di blok 2 kelompok D, Indonesia akhirnya bertemu dengan Tim dari blok 1 kelompok C yaitu tim robot dari Vietnam, dengan kemenangan pada Tim Jump-be. Ini merupakan sebuah prestasi mengingat tim Jump-Be dapat mengalahkan tim Vietnam yang pernah 2 kali menjadi juara di ABU Robocon.

Sayang, kelihatannya trauma tahun lalu terbawa di Pune India sewaktu semi-final melawan perguruan tinggi China tersohor “Xi’an Jiao Tong University” yang tahun lalu mengalahkan EEPIS di Final ABU ROBOCON 2007 Hanoi Vietnam. Tim Jump-Be harus takluk dengan nilai 24-9 untuk Jiao Tong. Dan akhirnya Jiao Tong menjadi pemenang setelah mengalahkan Mesir dengan nilai tipis 22-21.

“Meskipun harus puas diurutan ketiga namun prestasi mereka (tim Jump-be, red.) cukup membanggakan bagi kami. Bagaimanapun juga mereka telah mengharumkan nama Indonesia di Ajang Robotika Internasional,” imbuh TITON seperti dalam siaran pers yang diterima suarasurabaya.net, Senin (01/09).

Sementara itu, pada saat pengumuman pemenang panitia juga menginformasikan penyelenggaraan ABU Robocon 2009 mendatang akan dilaksanakan di Tokyo Jepang.

Rencananya tim robot yang beranggotakan 5 personel ini akan tiba di tanah air pada tanggal 3 September 2008 pagi. Tim akan langsung menuju Surabaya pada hari itu juga dengan penerbangan terjadwal pukul 16.20 tiba di bandara Juanda, dan akan melanjutkan perjalanan langsung menuju kampus.(ipg)

Teks Foto:
- Tim Jump-be saat menerima penghargaan di ABU Robocon 2008 di India.
Foto: Humas ITS

Baca lebih lanjut...!

Monday, April 21, 2008

Robotika Indonesia: Tarik Minat Dunia Pendidikan Lewat Kontes Robot



Sumber: QBHeadlines.com


Oleh: Restituta Ajeng Arjanti

Apa yang terlintas di benak Anda saat mendengar kata "robot"? Mesin dengan bentuk menyerupai manusia seperti Robocop, android dalam film The Terminator, atau mungkin mesin seperti yang ada di film Daryl, atau Bicentennial Man?

Meski banyak orang membayangkan robot sebagai mesin dengan rupa seperti manusia, pada kenyataannya banyak sekali robot berpenampilan “datar” dan kaku—sama sekali tak mirip manusia. Mereka umumnya dibuat untuk menjalankan tugas-tugas berisiko tinggi yang tak mungkin dilakukan oleh manusia. Misalnya untuk memelajari dan menjelajah Mars, mengangkat objek-objek berat, atau mengerjakan tugas-tugas pemasangan barang yang menuntut presisi tinggi di pabrik perakitan hardware.

Robot banyak digunakan untuk keperluan di bidang manufaktur, militer, transportasi, kesehatan, dan eksplorasi luar angkasa. Tak mengherankan, mereka tak kenal lelah dan telah diprogram sedemikian rupa agar tidak melakukan kesalahan saat mengerjakan tugas-tugas rumit dan berulang.

Untuk bidang robotika, salah satu negara yang bisa dijadikan kiblat adalah Jepang. Di sana, robot bahkan telah menggantikan fungsi asisten rumah tangga. Dibandingkan dengan Jepang atau negara-negara maju lainnya, dunia robotika Tanah Air memang masih terbatas, meski sudah dimulai sejak sekitar tahun 1985-an. Hal tersebut diakui oleh Wahidin Wahab, Presiden Robotic Organizing Committee Indonesia (ROCI).

Di sini, penggunaan robot memang masih terbatas di bidang industri, yakni dalam sistem produksinya. “Di luar itu, pemanfaatan robot masih sebatas hobi dan kegiatan ekstrakurikuler saja,” ujar Wahidin.

Kontes Robot dan Perhatian Sekolah

Wahidin bercerita, sejak tahun 1999, Direktorat Pendidikan Tinggi - Departemen Pendidikan Nasional (Dikti-Depdiknas), atas prakarsa Prof. Soemantri Brojonegoro, telah mensponsori ajang lomba robot nasional yang diberi nama Kontes Robot Indonesia (KRI). Kini, beberapa kontes robot sudah dilaksanakan secara teratur setahun sekali. Contohnya KRI dan Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) yang diadakan oleh Dikti-Depdiknas untuk mahasiswa, Imagine 08 yang dilaksanakan untuk siswa SD, SMP dan SMU oleh Klub Robotic bekerja sama dengan Fischer Technik Indonesia; Indonesia Robot Olympiad (IRO) yang diadakan oleh ROCI untuk tingkatan SD, SMP, SMU, hingga mahasiswa dan umum (perusahaan); serta Indonesia ICT award 2008 yang disponsori oleh Depkominfo.

Secara umum, kontes robot telah berhasil menarik minat mahasiswa untuk menekuni ilmu pengetahuan dan menerapkan teknologi dalam robot yang mereka rancang dan buat untuk kontes. Bahkan kini beberapa universitas dan politeknik terkemuka telah mulai melakukan penelitian mendalam di bidang aplikasi robotika.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) adalah salah satu universitas yang terkenal dengan bidang robotikanya. Son Kuswadi, Kepala Intelligent Control and Robotics Lab, ITS, menyampaikan, saat ini, labnya tengah mengembangkan robot berbasis sistem biologi, robot yang dikembangkan dengan meniru mekanisme dan kendali makhluk hidup, untuk keperluan pencarian korban tsunami dan gempa.

Produk lain yang mereka kembangkan adalah robot berkaki lima yang punya kemampuan seperti bintang laut, bisa bergerak fleksibel di celah-celah sempit dan mampu menghadapi beragam halangan. Robot ini mereka kembangkan dengan sistem kendali berbasis sifat. Kecerdasannya dibangun berdasarkan kecerdasan-kecerdasan dasar yang dimiliki oleh makhluk hidup yang ditirunya.

Son mengaku, ITS cukup sering mengajak murid sekolah-sekolah di Surabaya untuk mengikuti workshop merakit robot sederhana. Hal itu tak sulit untuk dilakukan karena kini sudah ada banyak kit yang ditawarkan untuk memudahkan perakitan robot. Jadi para pemula tak perlu lagi membangun robot dari nol. Menurutnya, ini dapat menarik minat generasi muda yang potensial untuk mengembangkan robot.

Tak hanya lewat kontes, roadshow dan seminar tentang robotika pun kerap diadakan untuk memperkenalkan dunia robotika pada masyarakat. Selain menambah ilmu peserta, kegiatan-kegiatan itu juga bisa menjadi obat untuk mengatasi kejenuhan belajar siswa di sekolah.

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, perhatian terhadap dunia robotika kian meningkat. Beberapa sekolah telah memasukkan pelatihan robotika dalam kegiatan ekstrakurikuler mereka. Di antaranya BPK Penabur, SD Sekolah Alam, Sekolah Ricci, SMP-SMU Petra di Surabaya, dan Sekolah Pelita Harapan.

Masih Banyak Kendala

Meski mulai banyak peminatnya, masih banyak kendala yang dihadapi oleh dunia robotika Tanah Air.

“Kendalanya dari segi waktu, biaya, dan guru”, ujar Wahidin. Dari segi waktu, ia mengungkapkan, sebagian besar sekolah merasa sudah membebani murid-muridnya dengan kurikulum yang begitu padat. Menambah materi tentang robotika sama artinya dengan menambah waktu belajar-mengajar murid dan guru. Dari segi biaya, hampir semua sekolah belum menyediakan bujet untuk kegiatan eskul robotika, apalagi harga kit robot cukup mahal. Dan ketiga, guru umumnya enggan ketambahan beban mengajar. Mereka merasa telah melaksanakan kewajibannya dengan memenuhi jam kerjanya. Lagipula, gaji mereka tak bertambah meski kegiatan mengajar mereka bertambah.

Kendala biaya juga diakui oleh Son. Komponen-komponen robot, apalagi jika baru, mahal harganya. Menurutnya, satu motor DC lengkap dengan sistem kendalinya bisa berharga Rp5 juta, padahal untuk membangun satu robot bisa dibutuhkan 10 motor, belum termasuk komponen yang lain. Kalau mau lebih ringan, komponen-komponen seken bisa dilirik.

Selain itu, Son juga menilai kemampuan perguruan tinggi dalam negeri belum merata—ada yang sudah maju dan berkali-kali jadi juara kontes robot, namun banyak juga belum mampu mengendalikan gerakan motor. Kendati demikian, menurutnya pengadaan kontes-kontes robot dapat meminimalkan masalah tersebut.

Masa Depan Robotika Indonesia

Wahidin Wahab dan Son Kuswadi sama-sama memimpikan masa depan dunia robotika Tanah Air yang cerah.

“Saya tidak bermimpi anak-anak Indonesia kelak bisa membuat robot tercanggih di dunia, namun saya berharap suatu hari nanti mereka akan muncul sebagai ahli-ahli teknologi yang bisa berkarya dan menghasilkan produk-produk inovatif dengan memanfaatkan teknologi robotika”, ucap Wahidin. “Dengan begitu, akhirnya negara kita dapat berubah, dari negara agraris menjadi negara yang berbasis industri dan teknologi tinggi.”

Jika itu dapat tercapai, Wahidin percaya Indonesia tak harus mengalami krisis terus menerus dan tak perlu lagi mempersoalkan subsidi bahan bakar atau urusan ekonomi sejenisnya.

“Saya berharap agar 'demam' robotika di Tanah Air itu terus dibangkitkan, demi tersedianya SDM tangguh di Tanah Air dalam membangun bangsa”, begitu harapan Son. Menurutnya, meski masih banyak pengangguran di dalam negeri, masyarakat tak perlu takut untuk mengembangkan robot. Robot dapat dianalogikan seperti komputer. Dulu, banyak orang mengkhawatirkan komputer akan mengambil peran sekretaris. Ternyata kini, komputer justru menjadi senjata andalan sekretaris dalam bekerja. Pun robot akan membantu meringankan tugas manusia.

“Dengan menggembleng orang menjadi mampu berkreasi di bidang robotika, kita akan menghasilkan orang-orang yang siap berkarya di bidang apapun, nantinya”, tambah Son.
Robotika Bukan Sekadar Urusan Teknis
“Untuk terjun ke bidang robotika, seseorang harus siap untuk mempelajari berbagai aspek—bukan hanya aspek teknis dan pengetahuan tentang komponen-komponen elektronika, tapi juga sosial”, Son menyampaikan.

Saat ini, banyak penelitian dilakukan untuk menemukan cara bagaimana agar robot-robot dapat saling berkomunikasi dan bekerja sama dalam mengerjakan tugas yang besar. Misalnya untuk menangani masalah reruntuhan bangunan akibat gempa, robot dapat digunakan untuk menemukan korban. Akan lebih mudah jika robot memiliki kemampuan komunikasi. Jadi, dia dapat memanggil rekan-rekannya untuk membantunya menyelamatkan korban.

“Tentu saja, kemampuan-kemampuan teknis dan sosial tak harus dikuasai oleh satu orang”, ujarnya lagi. Intinya, kolaborasi menjadi kunci untuk sukses membuat robot. Untuk mengembangkan robot yang hebat, yang dibutuhkan adalah teamwork yang kuat.

Labels:


Baca lebih lanjut...!

Thursday, August 30, 2007

Selamat datang para pahlawan: Tim G-RUSH



Selamat datang pahlawanku: Tim G-RUSH, di bawah bimbingan Ali Husein, ST., M.Eng. dan Fernando Ardilla, SST diterima Direktur PENS ITS, Dr.Ir. Titon Dutono, M.Eng.

PENS (Politeknik Elektronika Negeri Surabaya) ITS menyambut Tim ITS yang sukses juara II Asia Pasific Broadcast Robot Contest di Hanoi Vietnam dengan 3 becak hias, Kamis (30/08).

Tim juara yakni PRAMUDYA AIRLANGGA (ANGGA), FIRDAUS NURDIANSYAH, ALI MURTADLO, ANDIK HERMAWANTO dan MARSUDI HANDOYO (KOMENG), merasa surprise dengan sambutan itu.

Pada suarasurabaya.net, ANGGA menjelaskan proses pembuatan robotnya. Butuh waktu 7 bulan, Desember 2006-Juli 2007. Robot G-RUSH ini bisa mengambil obyek dan meletakkan pada scoring point untuk bisa membedakan warna, menghalangi jalannya robot lawan, dan mengecoh lawan.

Dalam pembuatan G-RUSH ini, ANGGA mengaku tidak ada kendala. Mahasiswa asal Jombang ini merupakan Tim Leader Robot G-RUSH. Setelah berjuang selama 1 minggu, akhirnya tim dari Indonesia ini bisa menjadi juara II dari 19 tim yang bertanding.



Terkait dengan suka duka tim selama seminggu di Hanoi, TRI BUDI Pembantu Direktur III Bidang Kemahasiswaan PENS ITS mengatakan ada kendala bahasa. Mayoritas panitia dan wasit tidak bisa berbahasa Inggris. Jadi membutuhkan tour guide.

Kendala bahasa ini semakin rumit, ketika Tim Indonesia ingin mengganti baterai, tapi tidak diperbolehkan panitia. Tapi, keberuntungan berada di pihak Indonesia, dan Tim PENS ITS menjadi Juara II Asia Pasific Broadcast Robot Contest (Robocon).

"G-RUSH sebagai robot tercepat dan akurasinya tinggi. Tim Indonesia juga menjadi favorit bersama Tim Vietnam," jelasnya.



Sementara tentang pemberian beasiswa, pihak ITS masih akan melihat kondisi keuangan terlebih dulu. Pemberian beasiswa dan SPP selama 1 tahun gratis, akan diupayakan bagi mahasiswa yang berprestasi ini, untuk memberikan motivasi pada adik-adik kelas.

Indonesia dalam kontes Robocon berada pada klasemen A bersama Bangladesh. Dari 18 negara yang ikut, tim Vietnam sebagai tuan rumah berhak menampilkan 2 regu. (tys/tin)

Baca lebih lanjut...!

Monday, August 27, 2007

Puaskah G-RUSH di posisi Runner Up ?

Berikut ini catatan lanjutan dari Dr. Endra Pitowarno, langsung dari Hanoi:

Kalah di final memang menyakitkan. Apalagi ketika merasa mampu akan dapat meredam China yang memang kokoh sejak awal namun ada celah yang sudah dapat dibaca oleh Indonesia untuk diruntuhkan keperkasaannya. Robot manual Indonesia yang lebih unggul juga menjadi andalan tim jika pencapaian menang Victory tak memungkinkan. Robot manual Indonesia jelas lebih unggul dalam kecepatan, ketangkasan manuver dan kemampuan membalik tumpukan dengan gerakan yang memukau. Terbukti, meski kalah victory namun pada kedudukan terakhir robot manual Indonesia ini telah mampu meletakkan 3 pearl di posisi luar sementara manual China baru meletakkan satu.

Robot otomatis Indonesia juga terbukti lebih gesit, yang terbukti dalam 10 detik pertama sudah mampu menempatkan masing-masing 2 pearl di dua island untuk siap-siap membentuk victory, sementara China baru akan menguasai satu island saja.

Namun, ketika robot otomatis ketiga siap-siap mengambil 2 pearl di tumpukan terjauh, sebuah robot otomatis China dikorbankan untuk menubruk dengan cepat ke arah robot kita itu. Maka terjadilah tabrakan. Dalam hitungan 2-3 detik setelah tabrakan tim Indonesia meminta untuk retry. Namun kenapa wasit tidak memerbolehkan? Paniklah tim Indonesia, padahal dua posisi island victory sudah dikuasai menunggu satu island lagi untuk dilengkapi, sementara tim China perlahan tapi pasti mulai menempatkan pearl pada posisi victory. SATU ISLAND BERBAHAYA ! Teriak lagi minta retry... teriak lagi (bendera kuning sudah dikibarkan berkali-kali oleh Komeng (Marsudi), aaah... baru setelah 6-7 detik kemudian wasit memerbolehkan retry untuk robot yang dihalangi otomatis China itu. Indonesia bermaksud retry dengan mengarahkan robot ini ke island victory lawan yang sesuai program akan mampu mencapai island itu dalam waktu kurang dari 5 detik tanpa membawa pearl untuk menghalagi lawan menempatkan pearl. Berikutnya G-RUSH berencana menguasai penuh posisi jangkauan robot manual sembari melakukan penyisiran islands melalui robot otomatis yang berdiri bebas. Mekanisme rotasi di robot manual menjadi andalan sebab China tidak punya.

Terlambat!
Kerugian waktu lebih dari 7 detik itu cukup membuat China mampu menyelesaikan bentuk victory sementara dua robot otomatis Indonesia lainnya masih berdiri kokoh mengangkangi dan menjaga island victory yang dikuasainya sebelum membuat keputusan menyisir islands yang lain.

Dalam final ini ambisi juara Tim Indonesia dikandaskan bukan semata-mata kekuatan China, namun wasit yang memimpin juga ikut andil atas terjadinya hasil ini.

Yaah, bagaimanapun, sebagai bangsa yang besar, Indonesia juga harus berjiwa besar. Pertandingan ini bukanlah pertandingan hidup-mati. Ini adalah ajang pembelajaran teknologi bagi generasi muda. Selebihnya, unsur-unsur unfairplay, baik oleh tim yang bertanding maupun oleh panitia dan wasit tuan rumah sebagai penyelenggara semestinya bukan pada tempatnya ditunjukkan oleh pihak tuan rumah. Perlu diketahui: 2 tim Vietnam yg telah dipersiapkan dengan sangat matang telah dikandaskan oleh lawan-lawannya pada babak-babak awal hingga perempat final. Ini nampak telah membuat sangat kecewa rakyat Vietnam yang dampaknya panitia mulai sewot ketika babak semifinal akan mulai.

Sebagai bangsa yang besar, anggota tim yang semula terpana tidak percaya kenapa bisa kalah, akhirnya bisa bercanda kembali dan mensyukuri hasil yang bagaimanapun memang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa sesuai dengan usaha yang telah dilakukan. Jiwa besar telah ditunjukkan oleh mereka. Firdaus, Angga, Komeng, Ali, Andik, kalian telah mengharumkan nama bangsa. Nando, Anda adalah pakar robot masa depan. Pak Ali Husein, terima kasih atas bimbingan Anda sehingga mereka mampu membuat rangkaian dengan sangat handal.

Puaskah G-RUSH sebagai Juara II ABU Robocon 2007 ?
Alhamdulillaah....

Terima kasih para pahlawan.


Hanoi, 26 Agustus 2007
(mantan) Ketua Dewan Juri KRI 2007
Endra Pitowarno

Baca lebih lanjut...!

Tim Robot G-Rush dari Indonesia Juara II Dunia

Surabaya (ANTARA News) - Tim robot G-Rush dari Indonesia akhirnya menjadi juara II dalam Robot Contest (Robocon) 2007 atau Kontes Robot Dunia 2007 di Hanoi, Vietnam, Minggu waktu setempat.

Informasi yang diperoleh ANTARA menyebutkan tim robot dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS Surabaya itu menjadi juara II tingkat dunia setelah dikalahkan tim robot dari China dalam babak final.

Namun, prestasi itu melampau target, karena ITS Surabaya hanya mematok target untuk lolos ke semifinal Robocon 2007, sebab tim yang diduga menjadi lawan tangguh G-Rush berasal dari Jepang, Korea Selatan, China dan Vietnam sendiri.

Apalagi, katanya, penampilan robot ITS di final tidak kalah dari juara pertama dari China, bahkan tim ITS justru dihambat wasit dari Vietnam untuk meminta waktu mengulang (retry) akibat adanya masalah pada salah satu robot otomatis.

"Tetapi, permintaan itu tidak segera diizinkan oleh juri yang berasal dari Vietnam, sehingga tim dari China yang akhirnya menyelesaikan pertandingan dan keluar sebagai juara pertama," katanya.

Selain itu, katanya, perjalanan tim robot G-Rush ke babak final juga tidak mudah. Di perempat final, robot G-Rush berhasil mengalahkan tim dari Thailand yang pernah mengalahkan tim ITS saat perempat final di Kualalumpur pada 2006.

"Pertandingan di perempat final itu ibarat partai balas dendam setahun lalu, sehingga arek-arek ITS punya semangat yang luar biasa dan berhasil membuktikan bahwa mereka bisa membalas dendam kekalahan pada tahun lalu," katanya.

Saat di semifinal, robot G-Rush juga kembali mengukir sukses dengan mengalahkan robot dari Malaysia yang juga terlihat cukup tangguh itu.

"Apa pun hasilnya, saya bangga, karena itu kami akan menyiapkan penyambutan dengan arak-arakan sesampainya mereka di Surabaya. Mudah-mudahan prestasi itu akan terus memacu prestasi di masa mendatang," katanya.

Secara terpisah, ketua tim G-Rush, Pramudya Airlangga, mengatakan dirinya sedikit kecewa karena keberpihakan wasit yang tidak segera mengabulkan permintaan tim untuk `retry`, namun hasil posisi kedua sudah cukup memuaskan.

"Paling tidak, hasil tahun ini mampu memperbaiki prestasi tim robot ITS tahun lalu di Malaysia, sebab tahun lalu hanya mampu bertahan di delapan besar dan dikalahkan tim Thailand," katanya.

Oleh karena itu, katanya, dirinya bersyukur bisa mengalahkan tim Thailand yang menghentikan langkah ITS di delapan besar pada tahun 2006.

Kontes Robot Internasional 2007 diikuti 19 tim dari 18 negara, seperti Vietnam (dua tim), Indonesia, China, Bangladesh, Brunei Darussalam, Mesir, Fiji, Hongkong, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Macau, Malaysia, Mongolia, Nepal, Arab Saudi, Sri Lanka, dan Thailand. (*)

Copyright © 2007 ANTARA

Baca lebih lanjut...!

Puasnya mengalahkan THAILAND !

Berikut ini catatan Dr. Endra Pitowarno, langsung dari Hanoi, Vietnam.

Selama penyelenggaraan ABU Robocon, Indonesia tidak pernah menang
melawan Thailand. Setiap kali ketemu Thailand, setiap kali pula
kandas. Tercatat pada th 2003 dan 2006 kita dipecundangi Thailand.
Tahun 2006 itu bertempat di PWTC Kuala Lumpur Indonesia ditekuk
di babak perempat final yang akhirnya Thailand ketemu Vietnam di
final. Tahun itu ABU Robocon dimenangi oleh Vietnam.

Baru pada 2007 inilah kepercayaan diri Indonesia bangkit penuh setelah
melibas Thailand dengan angka telak 17:7 di babak perempat final. Robot-
robot otomatis kita berhasil dengan baik memencundangi robot-robot
otomatis lawan. Gerakan robot lawan berhasil dikunci, sehingga 3 island
di tengah dengan mudah kita kuasai. Sementara itu robot manual Indonesia
memertontonkan pertunjukan cantik dengan beberapa kali membalik tumpukan
pearl lawan. Ketika melawan Thailand ini Indonesia menggunakan strategi
mengunci dan menguasai. Jadi sengaja bukan untuk victory.

PUAAS!

Hanoi, 27 Agustus 2007
Endra Pitowarno

Baca lebih lanjut...!

G-RUSH Juara Kedua ABU ROBOCON 2007 di Vietnam




HANOI , Jawa Pos 27 Agustus 2007- Setelah berjuang habis-habisan, robot G-Rush akhirnya gagal menjadi juara pada ajang Asia Pacific Broadcasting Union (ABU) Robocon 2007 di Hanoi, Vietnam. Pada babak final kemarin, robot karya mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (PENS-ITS) tersebut gagal mengatasi ketangguhan wakil Tiongkok.

Wartawan Jawa Pos Deddy H. Syahrul yang meliput langsung acara tersebut di Hanoi melaporkan, kekalahan dramatis itu membuat anggota tim lunglai. Tim yang terdiri atas Pramudya Airlangga, Marsudi Handoyo, Firdaus Nurdian Syah, Andik Hermawanto, dan Ali Murtadlo tersebut langsung menangis begitu robot andalannya kalah.

Menkominfo Muhammad Nuh yang sejak awal bersemangat menyaksikan jalannya final juga hanya bisa geleng-geleng kepala.

Ketua tim robot, Pramudya Airlangga, menyayangkan kekalahan tersebut. Dia menilai tim juri kurang adil dalam pertandingan tersebut. Bahkan, Angga -sapaan akrab Pramudya Airlangga- sempat memprotes ketidakadilan tim juri tersebut. "Semestinya kami bisa menang," ujarnya.

Dalam pertandingan final kemarin, robot G-Rush sempat terhalang blocker lawan dan tak bisa bergerak. Marsudi langsung meminta status retry (setting kembali) kepada juri. Tanpa alasan jelas, permintaan tersebut ditolak mentah-mentah. "Apa alasannya? Itulah yang kami protes kepada tim juri," tegasnya.

Tak pelak, "ngadatnya" tim G-Rush tersebut membuat robot The Inspire Team dari Tiongkok leluasa menguasai arena. Tak berselang lama, robot karya mahasiswa Xian Jiaolong University tersebut mampu membentuk Victory. Kemenangan pun akhirnya melayang ke Tiongkok. "Kami memang kurang memperhatikan blocker lawan. Mestinya kami pakai strategi yang lain," ungkap Angga.

Sebelumnya, di semifinal, Indonesia mampu menaklukkan tim Malaysia dengan skor 12-10. Tim Malaysia yang lolos ke babak semifinal setelah mengalahkan tim Jepang, tak mampu menghentikan strategi 1, 2, 3 yang diterapkan tim G-Rush. " Strategi tersebut memang kami simpan pada babak sebelumnya," jelasnya.

Dalam strategi tersebut, ritme laju kecepatan lawan dihitung, lantas disesuaikan gerak blocker milik G-Rush.

Optimisme tinggi sebenarnya melambung sejak babak penyisihan ketika G-Rush berhasil memecundangi wakil Bangladesh dengan skor telak, 2-0 (14-4). Dengan hanya mengandalkan tiga di antar empat robot, G-Rush langsung menyerobot dan mengubrak-ngabrik daerah pertahanan lawan. Bisa ditebak, robot Bangladesh tak mampu mengimbangi kecepatan robot G-Rush.

Memasuki babak perempat final, robot G-Rush semakin giras. Walau kekuatan baterai sempat terganggu akibat terkena air hujan, hal itu tak membuat kemampuan robot berkurang. Dengan menggunakan kecepatan penuh, G-Rush langsung memulai dengan strategi offensive. "Blocker sengaja diluncurkan agar lawan tak mampu mencapai victory," kata Angga.

Permainan offensive yang diperagakan G-Rush ternyata membuat lawan terhenyak. Bahkan, salah satu robot milik Thailand yang dihadapi pada babak itu terpelanting karena tak mampu menjaga keseimbangan. "Ini ajang balas dendam kekalahan kami tahun lalu," tegasnya.

Asisten Direktur III PENS ITS Tri Budi Susanto menyatakan, tim ITS telah bekerja maksimal. Kekalahan tim G-Rush dalam partai final bukan semata-mata disebabkan persoalan teknologi, tapi strategi dan taktik. "Sebenarnya kemampuan robot G-Rush sudah cukup istimewa. Tim yang ada pun cukup kompak. Tapi, strategi tim, tampaknya, mampu dibaca lawan, sehingga akhirnya kami kalah," jelasnya.

Cuaca buruk sempat membuat pertandingan yang digelar di Quan Ngua Sports Palace itu terganggu. Bahkan, jalan penghubung antara arena pertandingan dengan pit stop sempat ambruk karena diterjang angin. Sontak, beberapa tim, termasuk tim Indonesia, sulit membawa robot masuk ke dalam arena.

Akibatnya, Indonesia nyaris terlambat ketika bertanding melawan Thailand. "Itu juga salah satu kendala teknis yang membuat kesiapan tim G-Rush kurang maksimal," ungkap Endra Pitowarno, dosen ITS yang bertindak sebagai observer tim G-Rush.

Mengenai penyebab kekalahan, dia menilai kesalahan yang dilakukan tim adalah menggunakan strategi yang sama. Akibatnya, strategi tersebut mampu dibaca tim lawan. Padahal, sebenarnya, tim G-Rush mampu lebih cepat menguasai arena. "Selain itu, tim G-Rush kurang tenang. Emosi tim masih kurang terkontrol," jelasnya.

Saat diwawancarai terpisah, Muhammad Nuh berjanji mengusahakan ABU Robocon 2009 bisa diselenggarakan di Indonesia. Dia yakin kegiatan tersebut tidak akan mengganggu jalannya Pemilu 2009. "Kalau India yang tidak pernah menjadi juara bisa menjadi tuan rumah pada 2008, mengapa kita tidak?" ujarnya.

Untuk diketahui, tim robot Indonesia pernah menjadi juara dalam ABU Robocon 2001 di Jepang. (dedy)

Baca lebih lanjut...!

Sunday, August 26, 2007

Pengamatan hasil Running Test ABU Robocon Vietnam 2007

Berikut ini hasil analisis Dr. Endra Pitowarno, langsung dari Hanoi Vietnam, tentang hasil running test, yang dia kirimkan 25 Agustus, 19.13 WIB.

Setelah drawing for match up siang-sore tadi acara ABU Robocon 2007
dilanjutkan dengan Running Test.

Hasil Pengamatan saya:

Grup A: InsyaAllah Indonesia mampu mengatasi dua kali pertandingan (L/R)
melawan Bangladesh. Di atas kertas kemampuan Indonesia di atas
Bangladesh.
Grup B: (grup neraka 1 :) > Thailand dengan kemampuan cukup prima robot
autonya (tanpa kemampuan rotasi pearl untuk r.manual) nampaknya
bakal bersaing ketat dengan Vietnam [2]. Di atas kertas Thailand
mampu meredam Vietnam. Macau belum masuk hitungan. Juara A akan
bertemu dengan juara B di perempat final. Menurut penampilan,
nampaknya G-RUSH lebih gesit dibanding Thailand.
Grup C: Japan kelihatannya akan mudah melenggang ke perempat final
melawan China atau Hongkong.
Grup D: Mongolia belum masuk hitungan. Tim China seperti biasa sangat
kuat dan sukar ditebak strateginya karena begitu banyak opsinya.
Hongkong juga sangat kuat dan cantik autonya dan nampaknya akan
menjadi batu sandungan China.
Grup E: Kali ini Malaysia yg kurang begitu kuat namun nampaknya bisa jadi
batu sandungan buat Vietnam [1] yg juara di negaranya. Saudi masih
tetap ala kadarnya (tim baru datang sore ketika running test usai).
Grup F: Ini kumpulan grup papan bawah, terlihat dari penampilan ketiganya
yg jauh di atas kemampuan tim-tim unggulan. Susah menebak siapa
yg bakal juara grup ini.
Grup G: Korea.

Satu tambahan perempat finalis akan ditentukan oleh peringkat runner up
grup D.

Yang membanggakan, lapangan Vietnam seperti lapangan sendiri bagi G-RUSH
yang mampu memukau penonton dengan running testnya. Fair saja, G-RUSH
secara teori kali ini lebih baik dari penampilan tim Indonesia tahun
kemarin. Semoga besok skenario terbaik dari yg Maha Kuasa terjadi atas
G-RUSH.

G-RUSH untuk INDONESIA !

Baca lebih lanjut...!

Monday, August 20, 2007

Probabilistic Robotics: Binatang apakah itu?

Alhamdulillah, dari 14-23 Agustus 2007 ini, saya 'bertapa' di Fakultas Ilmu Komputer UI Depok, untuk belajar tentang "Probabilistic Robotics". Pengajarnya adalah 'Kiai' Dr. Axel Grossmann dari TU Dresden, 'Jejere Kauman' alias Jerman.

Jajan apa Probabilistic Robotics itu?

Menurut 'Kiai Tumenggung', Prof. Sebastian Thurn dari Stanford University (web-nya, lihat di sini), Probabilistic Robotics adalah pemanfaatan teori probabilitas untuk 'mengukur' persepsi robot - yang secara inheren penuh dengan ketidakpastian, yang meliputi pengukuran sensor dan cara bagaimana keputusan pengendalian dilakukan.

Penasaran? Klik bahan-bahan pelajarannya di sini.

Baca lebih lanjut...!

Thursday, August 16, 2007

Lebih Sigap, G-Rush Siap Ke Vietnam

Source : Jawapos, Edisi Minggu 24 Juni 2007



EEPIS-Online, SURABAYA - G-Rush, robot pemenang Kontes Robot Indonesia (KRI) 2007, siap berlaga pada ajang Asia Pacific Broadcasting Union (ABU) Robocon di Hanoi, Vietnam, Agustus mendatang. Robot karya mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-Institut Teknologi Sepuluh Nopember (PENS-ITS) tersebut kemarin diuji coba kembali di lapangan PENS.
Uji coba G-Rush kemarin terasa istimewa karena disaksikan langsung oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Mohammad Nuh yang didampingi Direktur PENS-ITS Titon Dutono.
Robot karya Pramudya Airlangga, Marsudi Handoyo, Firdaus Nurdian Syah, Andik Hermawanto, dan Ali Murtadlo tersebut telah diperbaiki beberapa komponennya. G-Rush pun siap bertanding dengan berbagai strategi. "Bukan perubahan total, kami memperbaiki hardware dan software-nya," tutur Angga, sapaan akrab Pramudya Airlangga.
G-Rush diharapkan tampil lebih garang dibanding penampilannya pada final KRI 2007 di Graha ITS awal Juni lalu. Mereka telah memperbaiki beberapa sensor, terutama yang mampu menantang cahaya.
Diungkapkan Angga, G-Rush sempat mengalami masalah pada final KRI lantaran sinar yang begitu terang di panggung. Karena itu, saat latihan kemarin, tim telah menyiapkan dua lampu 500 watt untuk menyorot robot. G-Rush akan tetap tampil dengan tiga robot otomatis dan satu manual yang dikendalikan oleh seorang driver atau pengemudi.
"Kecepatan sudah kami perbaiki. Terutama untuk lintasan lurus, akan kami tambah kecepatannya," ujar mahasiswa Diploma-III Teknik Elektronika semester enam itu.
Aksi G-Rush kemarin tampak lebih sigap. Robot tersebut mampu melakukan konfigurasi victory dalam waktu satu hingga dua menit. Padahal waktu maksimalnya tiga menit. Hanya, G-Rush masih bermain sendiri tanpa musuh. Meski begitu, Angga mengaku sudah menyiapkan beberapa strategi baru bila nanti G-Rush berhadapan dengan lawan.
G-Rush harus sudah sampai di Hanoi pada 10 Juli. Lebih dari satu bulan sebelum pelaksanaan final pada 26 Agustus. "Satu bulan sebelum pelaksanaan robot harus sudah sampai. Maka sekarang kami ngebut," kata Angga.
Gigih Prabowo, juri KRI dan salah satu advisor mereka, mengatakan bahwa saingan terberat tetap Jepang, Korea, dan Tiongkok. Tahun ini Gigih yakin Indonesia dapat memberikan perlawanan. Maklum, tahun lalu saat final ajang serupa di Malaysia, robot Indonesia kelimpungan lantaran salah menafsirkan peraturan. Kini peraturan telah dipastikan dan tak mungkin ada multitafsir.
Sementara itu, Nuh berharap G-Rush dapat menuai hasil maksimal. Mantan rektor ITS itu berharap G-Rush dapat mengulang kesuksesan B-CAK yang menjadi jawara pada pentas ABU Robocon di Jepang pada 2001 lalu. "Dukungan moral dan finansial diperlukan. Mereka harus menggaet banyak sponsor," kata Nuh.
Diungkapkan Nuh, Depkominfo akan membantu finalis Indonesia untuk menggaet sponsor. Nuh juga berjanji akan melaporkan hasil yang diraih wakil Indonesia itu kepada presiden. (ara)

Baca lebih lanjut...!