Monday, February 21, 2005

Wakil Surabaya yang Akan Berlaga di Kontes Robot dan Kontes Robot Cerdas Indonesia

Sumber: Jawa Pos

Sama-Sama Rebutan Bahan di Pasar Loak
Sejumlah perguruan tinggi di Surabaya, dalam waktu dekat akan mengirimkan timnya untuk berlaga di dua perhelatan bergengsi: Kontes Robot Indonesia (KRI) dan Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI). Seperti apa persiapan robot-robot itu?

Kontes Robot Indonesia (KRI) dan Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) boleh dibilang ajang paling bergengsi bagi kampus-kampus teknik di Indonesia. Apalagi, pemenang dari kontes ini akan mewakili Indonesia dalam Kontes Robot Internasional.


Untuk berlaga di dua kontes robot (KRI dan KRCI) itu, kemampuan sejumlah tim dari beberapa perguruan tinggi di Surabaya, agaknya tak bisa dianggap remeh. Mereka kini tengah bersiap-siap untuk bertanding di ajang bergengsi tersebut.

Untuk ajang KRI, ada sembilan tim dari Surabaya yang akan berlaga setelah lolos seleksi awal. Dari ITS meloloskan empat tim, yakni BHARABUDARA dan RAY-VA (Jurusan Teknik Elektronika), ASKAF I (Politeknik Elektronika Negeri Surabaya), dan THE ANCHOR (Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya). ITS tampaknya akan mati-matian mempertahankan tradisi juara yang disandangnya selama ini.

Saingan kuat ITS adalah Universitas Widya Mandala (UWM). Tahun ini, tim UWM mengirimkan dua tim yakni G_RAF dan NO 12 MA. Tiga tim lainnya adalah der Mullend (Universitas Surabaya), CAKRA BIRAWA (STIKOM), dan Inspector Gadget (Politeknik Sakti).

Ajang KRI tahun ini temanya: Menggapai Puncak Borobudur Nyalakan Api Perdamaian. Tema ini diadopsi dari tema besar yang dipilih penyelenggara Robocon di Bejing, Climb on to the Great Wall.

Sekadar diketahui, pemenang di ajang KRI ini akan dikirim ke Beijing, sekitar Agustus-September 2005.

Di KRI nanti, setiap tim akan berebut memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke dalam beberapa tempat yang ditentukan.

Sejauh mana persiapan tim-tim robot dari Surabaya? Dari pengamatan Jawa Pos, tim-tim dari PTS (perguruan tinggi swasta) tampaknya sudah lebih sibuk dibanding ITS. Lihat saja di kampus Ubaya.

Tim der Mullend sudah menyelesaikan robotnya hingga 70 persen. "Akhir Februari, robot ini harus sudah jadi. Sehingga siap dikunjungi tim juri Maret nanti," kata Hendi Wicaksono, pembina tim robot der Mullend.

Tim ini terdiri dari Philips Putra Jianto dan Donny Wicaksono. Keduaya mahasiswa Fakultas Teknik Ubaya. Nama der Mullend, kata Philips diambil dari permainan komedi putar yang biasanya ada di pasar malam. "Robot kami dilengkapi dengan dongkrak di tengahnya, sehingga bisa berputar-putar seperti komedi putar," katanya.

Sejak proposalnya dinyatakan lolos awal bulan lalu, tim ini mulai bekerja. Setiap hari mulai pukul 15.00 hingga 03.00 dini hari mereka bekerja di lantai dua kampus teknik Ubaya. Robot ini terdiri dari 1 robot manual dan 3 robot otomatis. Robot manual dilengkapi dengan ketapel, untuk melontarkan bola ke sasaran.

Bahan-bahannya sebagian mereka beli di pasar loak di Jalan Demak. "Terutama untuk motor penggerak, harus beli di pasar loak. Kalau beli aslinya mahal dan sulit carinya," kata Philips.

Rupanya, hampir semua tim mencari bahan ke pasar loak. Saat belanja di Jalan Demak, Philips mengaku sempat bertemu dengan tim-tim robot lain yang juga mencari motor. Ada dari ITS dan juga Stikom.

"Kami rebutan cari motor seharga Rp 7 ribuan itu," katanya. Lain lagi dengan tim CAKRA BIRAWA dari Stikom. Robot milik tim yang bermarkas di Kedung Baruk ini baru menyelesaikan pembuatan robotnya hingga 50 persen. CAKRA BIRAWA terdiri dari 1 robot manual dan 4 robot otomatis.

Anggotanya adalah Omega Phana, Henry Permana, dan Muhammad Azharuddin. Mereka dibimbing oleh dosennya, Roedy Hartono. Keistimewaan robot ini, kata Omega, terletak pada salah satu robot otomatisnya yang dirancang memiliki kecepatan tinggi. "Robot ini kami simpan dulu sampai perlombaan tiba," kata Omega.

Nama CAKRA BIRAWA, menurut mereka diambil dari pasukan di zaman pemberontakan G 30 S/PKI. "Setiap orang di pasukan itu kan punya peran masing-masing. Begitu juga dengan robot-robot kami," kata Henry.

Tim lainnya dari Universitas Widya Mandala dan Politeknik Sakti juga mulai melakukan berbagai persiapan. UWM yang meloloskan dua tim tahun ini berambisi merebut gelar juara. "Tahun lalu kami menjadi runner up. Wajar kalau tahun ini kami ingin juara," kata Rektor UWM Prof Dr Ami J.S. Suandi.

Sedangkan tim ITS, yang menyumbang empat tim justru terkesan santai dan belum banyak persiapan. Sebagian besar anggota tim robot masih dalam masa libur usai UAS (Ujian Akhir Semester) ganjil sejak 7 Februari lalu. Mereka umumnya pulang kampung. Untuk sementara, pekerjaan robot dihentikan, hingga perkuliahan aktif kembali awal Maret mendatang.

Bagaimana dengan persiapan tim-tim yang akan berlaga di ajang KRCI? KRCI kali ini dibagi menjadi tiga kategori, yakni robot beroda, robot berkaki, dan robot expert. Robot beroda, tentu saja berjalan dengan media roda. Sedangkan robot berkaki mengadopsi orang atau binatang, dan tanpa roda. Robot ini harus mematikan api yang diletakkan di salah satu ujung lintasan berukuran 248 cm x 248 cm.

Untuk robot expert, lintasannya terdiri dari dua lantai. Api yang dimatikan juga ada di dua tempat. Lintasannya juga lebih luas dari lintasan robot berkaki dan beroda.

Ada sepuluh tim dari Surabaya yang lolos. Untuk kategori beroda terdiri dari TORTUGA (Ubaya), TREAD STONE (PPNS ITS), dan FIREFLY (STIKOM). Di kategori robot berkaki ada empat tim yakni ARACHNID_CCTE (Ubaya), Bug-Me (UWM), SPY-D (UK Petra), dan CyKill4 (STKOM). Dan di kategori robot expert ada tiga tim yang lolos, yakni PENSA Mobile (PENS ITS), BLEDHUX (Ubaya), dan I-Robot (ITS).

Tahun lalu, Ubaya berhasil menjuarai KRCI untuk kategori robot berkaki. Tahun ini robot yang diberi nama ARACHNID ini tampil lagi dengan nama baru yakni ARACHNID_CCTE. "Kami sedikit memodifikasi robot ini," kata Leo Hasan, koordinator tim. Dalam lomba nanti, Leo akan didampingi oleh Indah Karmila. Robot ini sudah siap 90 persen.

Jika robot-robot KRI mencari bahan di pasar loak, untuk robot KRCI justru mencari bahan hingga ke luar negeri. Robot-Robot KRCI milik STIKOM juga memesan khusus beberapa komponen ke luar negeri. Robot berkaki CyKill4 milik Amru Mubaidillah dan Arief Budiman ini dilengkapi sensor dan motor Parallax yag khusus dipesan dari Amerika. "Kami pesan melalui internet," kata Arief.

Lain lagi dengan robot beroda STIKOM bernama FIREFLY. Sensor ultraviolet milik robot ini juga dipesan di Jepang. Robot karya Didik Ismoyo dan Fahmi Haris ini berbentuk seperti tank. Rodanya akan dilengkapi dengan belt, layaknya tank. (tomy c. gutomo/ani murdiyati)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home