Sunday, February 20, 2005

Buat Apa Belajar Robot

Banyak orang bertanya kepada saya, apa ada manfaatnya belajar robotika di Jepang. Hal itu utamanya dikaitkan dengan kebutuhan teknologi yang tepat buat Indonesia. Dengan tenaga yang melimpah seperti sekarang – apalagi dengan jumlah penganggur yang telah mencapai sekitar 40 juta orang ini – maka pemakaian robot di industri akan menjadi “pesaing” bagi tenaga kerja kita.



Memang anggapan seperti tersebut di atas ada benarnya, kalau tinjauannya hanyalah pada jenis robot industri, yang biasanya sering disebut sebagai manipulator, yang berupa lengan robot sebagai pengganti tangan manusia. Itu pun bukan berarti anggapan itu tidak bermasalah, karena proses-proses di industri mutakhir (utamanya produk-produk persisi) mau tidak mau membutuhkan jenis robot semacam ini. Jangan sampai kita mengulangi “tragedi" yang sama ketika 1970-an seorang menteri tenaga kerja melarang suatu industri pembuatan IC di Bandung memakai robot, dengan alasan tenaga kita yang melimpah. Akibatnya, industri IC tersebut hengkang ke Malaysia, dan Indonesia kemudian jauh tertinggal dalam industri tersebut..

Apabila kita melihat teknologi robotika secara keseluruhan, maka kita akan tahu betapa pentingnya penguasaan teknologi ini, baik dari aspek pendidikan maupun industri di tanah air. Ciri utama dari robotika adalah bahwa teknologi ini merupakan bidang multi-disiplin, sehingga untuk memahaminya memerlukan pendekatan multi-disiplin pula. Ada beberapa bidang keilmuan yang “terlibat” di dalamnya, misalnya mekanika (statika mau pun dinamikanya), kendali, sensor, komputer (baik perangkat keras mau pun lunaknya) , menejemen produksi, komunikasi sosial, biologi, hingga psikologi. Perkembangan teknologi robotika sendiri juga meluas, yang mengarah kepada robot seperti yang dikhayalkan di film-film. Karena itu, riset-riset yang berhubungan dengan robot yang “berbentuk” manusia (humanoid robot) sekarang sedang marak. Konsekwensinya, riset-riset yang berhubungan seperti teknik-teknik pengenalan obyek dengan “indra penglihatan” buatan, pengenalan suara (speech processing), pengendalian “ekspresi” wajah terus menjadi topik hangat. Juga, penelitian robotika yang diilhami sistem biologi (biologically inspired robot) seperti robot ular dan robot kangguru juga sangat berkembang, untuk mencari solusi alternatif penggerak selain roda yang memiliki keterbatasan dalam manuver-manuver di medan yang sulit. Demikian pula dengan robot sosial, yang mempelajari bagaimana sebuah robot berinteraksi “sosial” dengan robot lain, mau pun dengan manusia, karena itu peran ilmu psikologi menjadi sentral.

Memang semua riset robot yang saya sebutkan di atas masih jauh untuk diaplikasikan, karena masih banyaknya kendala-kendala teknis mau pun finansial.

Yang jauh lebih penting ketika kita menggeluti teknologi robot di atas adalah kemampuan kita untuk berpikir secara sistemik. Ketika kita mempelajari dan menggeluti bidang robot tertentu, maka kita harus berpikir aspek menyeluruh dari persoalan yang kita hadapi. Misalnya, ketika kita mempelajari robot ular, maka kita harus berpikir bagaimana caranya meniru mekanisme gerak ular yang meliuk-liuk itu, bagaimana sensor gerakan ular itu, bagaimana realisasi mekanis maupun elektronika dari penggerak itu. Belum masalah perangkat lunak pengendali gerak ular yang rumit itu. Aspek selanjutnya adalah kemampuan kita untuk bekerjasama dengan ahli lain, karena sebesar apa pun minat kita terhadap suatu masalah, tetap kemampuan kita akan amat terbatas, sehingga memerlukan keahlian dari orang lain. Di samping itu, karena banyak faktor dalam realisasi sistem robot, maka diperlukan kerja keras dalam pembuatan dan trouble-shooting-nya.

Nah, berpikir sistemik, bekerjasama dan kerja keras adalah kemampuan yang amat diperlukan ketika kita menggeluti teknologi apa pun. Inilah yang saya maksud, bahwa dengan mempelajari robot, seorang mahasiswa akan lebih siap dalam memecahkan persoalan teknologi apa pun. Jadi, tidak harus bahwa lulusan perguruan tinggi yang mempelajari robot harus bekerja dalam bidang robot; justru dengan pengalamannya itu, akan mampu diaplikasikan dalam bidang pekerjaannya nanti, apakah itu aspek teknologi mau pun menejemen di lapangan.

Jadi, robot hanyalah alat kita dalam mendidik mahasiswa agar mampu berkiprah dalam bidang teknologi; meski pun tidak menutup kemungkinan di saat yang tepat diaplikasikan di industri secara nyata.

2 Comments:

At 10:45 PM, Blogger tansah mesem ngguyu said...

wah, menarik sekali pak son, blognya, ini sudah saya kasih tau ke milis mahasiswa desain produk itb, mudah-mudahan bermanfaat

oh ya posting "buat apa belajar robot" itu menarik juga bagi saya, kadang saya juga berfikir -di bidang saya-, bahwa buat apa belajar desain produk toh aplikasi di dunia industri juga sulit (terutama di indonesia). tapi, setelah tau esensi belajar, yaitu belajar adalah bagaimana mencari masalah dan menyelesaikan sesuai dengan ketertarikan kita, bukan buat mencari pekerjaan, maka itu akan lebih fleksibel, bermanfaat dan enjoy.

sepertinya saya (dan despro-ers itb) harus belajar banyak dari kesuksesan robotika pens-its juga...

 
At 10:55 PM, Blogger Son Kuswadi said...

alhamdulillah Oom Waluyo...
tujuan saya membuat Robotika-Indonesiana itu cuma ingin mengajak siapa saja untuk belajar dan bekerja serta beribadah dengan rasa cinta...

tentu saja, masih banyak hal yg perlu saya pelajari, dari banyak orang.. spt kepada Oom Waluyo, yg baru saya sadari kalau panjenengan itu sakti mandraguna....

 

Post a Comment

<< Home